Phamujiee
Senin, 02 Mei 2011
Perpisahan Termanis
Dulu aku datang dengan segudang asa
kini aku harus pamit untuk menjemput impian
Tak ada yang abadi di dunia
Segalanya mesti berubah
Terima kasih sudah menjadi teman baikku
Terima kasih sudah menjadi sobat karibku
Terima kasih sudah menjadi bagian dari jalan hidupku
Maafkan semua kesalahanku
Maafkan segala kekuranganku
Tak ada yang mesti ditangisi
Karena aku tidak akan jauh
Teman, sahabat, tetaplah mengingat setiap kenangan indah yang telah kita lewati
Lupakan kepahitan atas kesalahpahaman kita..
Sampai Jumpa dilain waktu.



my vintage albums



Minggu, 07 November 2010
Tips Detective
Jika kamu mengalami kesulitan, cobalah mendongak ke atas, dan melihat kebawah,dan kesamping kiri dan kanan. Dengan begitu, apa yang tidak terlihat akan terlihat.



Rabu, 03 November 2010
Koleksi Puisi
Karam
Tak Berjudul
Renta diri tercabik-cabik
Buih nafsu yang membara
Yang pudar tertiup sendu
Rintihan tangis bisu bergelora
Kuraup muka panasmu
Kupalingkan raga darimu
Mungkin malam kan mendingin
Sedingin tangan ini, diri ini
Yang berdetak menahan amarah
Kusikap lembut wajahmu
Kuuraikan sifat manjaku
Kurekatkan diri ini, dan ku bisikkan kata kepadamu
“KU INGIN MEMBUNUHMU”
Kubelai punggung indahmu
Kuremukkan rusuk-rusuk kokohmu
Diriku terbata-bata
Matamu berbusa
Mulutmu mengerang
Puaskah engkau saat ini?
Tatapan ku polos kepadamu
Kusebar bangkai-bangkai kebencian
Kupancung wajahmu dalam hatiku
Dasar sampah!
Bualan renyahmu yang kotor
Bagaikan babi yang mengorok-orok
Cuih!
Mampuslah kau!
Puaskah engkau berlaku begitu?
Darah ini darah membara
Berkobar bersama mataku
Bersatu bersama hatiku
Dan selalu ku ingat janjiku
“TUK INGIN MEMBUNUHMU”
Meski kadang duri-duri berjatuhan
Dan terik bulan perlihatkan langkahmu
Tapi kutetap saja, membencimu
Mukamu yang berbisa
Kotor dan munafik
Pergilah kau setan
Mampuslah kau
Sebelum aku membunuhmu
NB: Untuk orang-orang yang mengusik otakku. Jangan salahkan takdir.
Saat Bersamamu
Balutan malam kian membisu
Tertutup sendu bukit kelabu
Perlahan aliran angina berhembus
Merasuk sukma jiwa manusia
Disini diriku terdiam
Menitik malam bersama bintang
Malamku
Kian kelam
Terpintas rona merah dipipi
Kuregangkan jemari dan anganku
Tersenyum bersamamu
Diatas potret kasih cinta pertamaku
Disini diriku tersenyum
Menikmati alunan syair cintamu
Bersamamu
Bersama cinta pertamamu
Renungan
Pojok hitam itu…
Sepi
Mati
Tempat nyamuk-nyamuk kelaparan
Ruang sempit itu…
Kelam
Lembab
Penuh cacing yang berpesta
Sejenak kutertunduk pilu
Air mataku membanjiri kalbu
Ku tahu malam begitu kelam,
Kumelangkah berbelok-belok
Mencari jalan-Mu
Tapia lam ini terlalu luas,
Untuk jiwaku yang terdiam
Sebuah Senyuman
Matamu melayang, mendekat…
Menuntun mimpiku yang dramatis
Meniupkan cinta-cinta putih biru
Kala mentari merebahkan diri
Terucap untaian bait yang membisu
Terpikir sejenak selayang pandang
Mimpiku terpaku janjiku
Kurajut hati melawan dengki
Diriku melayang, hilang…
Musnah
Tertiup angina malam bersama senyummu
Kuterkulai, mabuk
Dan terdampar di surga cinta
Layarku karam ditelan bintang
Langkahku layu diterpa malam
Buta malam bintang menggenang
Temani mawar yang terlelap diam
Diriku kini tergoyang
Terkantuk dan membeku
Terbalut pilu senja yang hilang
Yang sendiri menatap kalbu
Dalam rintihan yang pudar
Kebahagiaanku…
Sirna sudah tersapu malam
Kini tinggalah aku seorang
Yang Layu,
Sepi,
Tak berkawan…
Putus Asa
Surga Cinta
Hening Sukma Malam ini
Putus Asa
Kusadari sudah, warna diri…
Terukir keluh kesah menjati diri
Membekas rona kehancuran
Oh, diriku yang muram
Seraut wajah mempedulikanku
Menarik jemariku yang kurus tak berdaya
Namun ku acuhkan jua
Dan diriku kini tak berdaya…
Kusapu hiasan duniawi
Kupadamkan lentera di siang hari
Kurapikan diri, berdiri
Dan beranjak pergi…
Kepada Gelap Malam
Seucap katayang tertundaKepada Gelap Malam
Tersimpan di lubuk hati
Detik-detik penantian menggema
Berbisik kepada diri ini
Kau harus sabar
Dalam gejolak jiwa yang membakar
Diriku ditipu sang waktu
Yang berjalan perlahan mendahuluiku
Hanya bintang yang tahu
Kegetiran hati yang membelenggu
Hanya malam yang mengerti
Tentang keadaanku yang tak berarti…
Cerah Warna Cintamu
Cerah Warna Cintamu
Diriku terdiam menahan resah
Yang terpuruk bersama sepi
Kusendiri menantimu, menanti kehadiranmu…
Cinta.
Senyuman paras indahmu
Membawaku kedalam surga cinta
Indahnya kebersamaan yang kurasa
Hanyalah karenamu, Cinta.
Warnamu membuatku bahagia…
Warnamu membawaku kesurga…
Oh…, indahnya diri ini…
Cinta, tetaplah disisiku…
Membelaiku dengan tangan halusmu…
Memelukku dengan dekapan hangatmu…
Menemaniku disini, yang membutuhkanmu…
Cinta…
Apasih Yang Kau Rasa
Apasih Yang Kau Rasa
Kulihat wajahmu yang ayu
Kumerasa dirimu sedang sendiri
Kucoba mendekat perlahan
Mencari celah dihatimu...
Setitik rasa kasihku padamu
Akan ku ukir menjadi permata
Kucoba membuatmu bahagia
Dengan cintaku yang sederhana
Namun tak semudah impianku
Kau begitu sulit kugapai
Mungkin ini cobaan cinta yang kurasa
Yang mencoba mencari cinta sejati
Kutulis bait-bait cinta dalam dada
Kulipat kenangan indah yang kubuat
Kini kuhanya dapat berharap
Mendapat tanggapan cinta darimu...
Apakah dirimu mencintaiku?
Mungkin rasa cintaku setengah mati
Hingga diriku mabuk asmara
Cinta kepada manusia, hanya kepadamu...
Kunanti jawaban cinta darimu...
Sampai detik perjuangan ini berakhir, kutetap menunggumu...
Entah sampai kapan, karena kutak tahu...
Apa yang kau rasa...
Surga Cinta
Lintasan arah cinta yang menggema
Merasuk kedalam tubuhku
Menerobos sendi-sendi pertahanan dalam hatiku
Dan singgah didalam hatiku
Oh indahnya cinta...
Laksana embun bening dipagi hari
Menyejukkan hati dikala sepi
Membawa anganku ke alam mimpi
Oh indahnya cinta...
Membuatku terbang keatas dunia
Membawaku kearah surga
Tempat terindah yang nyata.
Surga Cinta.
Rindu Sahabat
Rindu Sahabat
Mengapa hari ini begitu sepi…
Tanpa tawa yang menghampiriku…
Lamunanku yang kosong…
Disini, aku sendiri.
Hembusan angin yang dingin
Membawa anganku terbang berkelana
Melihat kehidupan usang disekitarku
Hidup yang sepi…
Ribuan canda tawa sahabatku
Kini hilang tak berupa
Kuterdiam sindiri disini
Menanti kehadiran sahabat sejatiku…
Wahai sahabatku…
Rekatkan tangganmu dan datanglah kesini
Temani impianku yang sepi
Ubahlah anganku dengan warnamu
Wahai sahabatku…
Datanglah kemari.
Kurindu tawa candamu…
Kurindu kehadiranmu…
Wahai sahabatku…
Menatap Semu Bayang Wajahmu
Menatap Semu Bayang Wajahmu
Tak pernah kusadari kehadiranmu
Menatapku tanpa sapaan
Menampakkan rasa jemu
Membaur dalam kebersamaan
Wajahmu yang kurasa
Tak pernah kugapai…
Tak pernah kulihat…
Tak pernah kusapa…
Mungkin ini memang nasib seorang manusia
Menjadi pelita dikegelapan dunia
Kumerana menatap baying wajahmu…
Yang layu dan selalu kurindu.
Hening Sukma Malam ini
Luasnya hamparan permadani hitam
Membawaku keperjalanan malam
Kuterdiam menatap bintang
Yang pudar…, menghilang.
Rintik hujan yang jatuh
Menusuk bumi yang kelam
Gelap,
Tanpa cahaya…
Hembusan nafas sang manusia
Membaur bersama nadi yang bergetar
Kuterdiam bersama malam
Yang kelam tanpa bintang.
Lamunanku bertema duka
Menyendiri tanpa kawan
Menatap langit yang kosong
Kuterdiam, termenung…
Bersama sepi malam ini…
Tak Berjudul
Renta diri tercabik-cabik
Buih nafsu yang membara
Yang pudar tertiup sendu
Rintihan tangis bisu bergelora
Kuraup muka panasmu
Kupalingkan raga darimu
Mungkin malam kan mendingin
Sedingin tangan ini, diri ini
Yang berdetak menahan amarah
Kusikap lembut wajahmu
Kuuraikan sifat manjaku
Kurekatkan diri ini, dan ku bisikkan kata kepadamu
“KU INGIN MEMBUNUHMU”
Kubelai punggung indahmu
Kuremukkan rusuk-rusuk kokohmu
Diriku terbata-bata
Matamu berbusa
Mulutmu mengerang
Puaskah engkau saat ini?
Tatapan ku polos kepadamu
Kusebar bangkai-bangkai kebencian
Kupancung wajahmu dalam hatiku
Dasar sampah!
Bualan renyahmu yang kotor
Bagaikan babi yang mengorok-orok
Cuih!
Mampuslah kau!
Puaskah engkau berlaku begitu?
Darah ini darah membara
Berkobar bersama mataku
Bersatu bersama hatiku
Dan selalu ku ingat janjiku
“TUK INGIN MEMBUNUHMU”
Meski kadang duri-duri berjatuhan
Dan terik bulan perlihatkan langkahmu
Tapi kutetap saja, membencimu
Mukamu yang berbisa
Kotor dan munafik
Pergilah kau setan
Mampuslah kau
Sebelum aku membunuhmu
NB: Untuk orang-orang yang mengusik otakku. Jangan salahkan takdir.
Saat Bersamamu
Balutan malam kian membisu
Tertutup sendu bukit kelabu
Perlahan aliran angina berhembus
Merasuk sukma jiwa manusia
Disini diriku terdiam
Menitik malam bersama bintang
Malamku
Kian kelam
Terpintas rona merah dipipi
Kuregangkan jemari dan anganku
Tersenyum bersamamu
Diatas potret kasih cinta pertamaku
Disini diriku tersenyum
Menikmati alunan syair cintamu
Bersamamu
Bersama cinta pertamamu
Renungan
Pojok hitam itu…
Sepi
Mati
Tempat nyamuk-nyamuk kelaparan
Ruang sempit itu…
Kelam
Lembab
Penuh cacing yang berpesta
Sejenak kutertunduk pilu
Air mataku membanjiri kalbu
Ku tahu malam begitu kelam,
Kumelangkah berbelok-belok
Mencari jalan-Mu
Tapia lam ini terlalu luas,
Untuk jiwaku yang terdiam
Sebuah Senyuman
Matamu melayang, mendekat…
Menuntun mimpiku yang dramatis
Meniupkan cinta-cinta putih biru
Kala mentari merebahkan diri
Terucap untaian bait yang membisu
Terpikir sejenak selayang pandang
Mimpiku terpaku janjiku
Kurajut hati melawan dengki
Diriku melayang, hilang…
Musnah
Tertiup angina malam bersama senyummu
Kuterkulai, mabuk
Dan terdampar di surga cinta



Jumat, 22 Oktober 2010
Koleksi Cerpen
Kejutan Untuk Jason
“ Hari yang aneh “, Kata Jason saat pulang sekolah. Hatinya resah penuh tanya. Hari ini temen-teman dekatnya tidak ada yang menyapanya. Mungkin ia berbuat salah kepada teman-temannya. Ataukah memang teman-temannya kini membencinya. Itu masih menjadi misteri bagi Jason.
“ Hari yang aneh “, Kata Jason saat pulang sekolah. Hatinya resah penuh tanya. Hari ini temen-teman dekatnya tidak ada yang menyapanya. Mungkin ia berbuat salah kepada teman-temannya. Ataukah memang teman-temannya kini membencinya. Itu masih menjadi misteri bagi Jason.
Sesampainya dirumah, Jason kembali terdiam. Suasana rumah begitu sepi. Tidak seperti biasanya. Ayah dan Ibunya juga tidak ada, begitupun kedua adiknya, Tomi dan Sani. Mereka tak terlihat di halaman rumah. Suasana rumah seperti ini jarang terjadi, sehingga membuat Jason semakin bertanya-tanya.
Jason memutuskan untuk pergi bermain kerumah Dodo, teman sekelasnya yang bertempat tinggal di perbatasan desa. Setelah makan siang dan shalat dhuhur, Jason mengayuh sepedanya kerumah Dodo. Tak lama kemudian, rumah Dodopun terlihat. Jason menemui Dodo yang sedang bermain kelereng bersama teman-temannya. Jason ikut bergabung dalam permainan itu. Mereka sangat bahagia.
Matahari semakin menurun, Jason melirik jam tangannya.
“ Jam empat ”, kata Jason.
Jason buru-buru merapikan mainannya dan berpamitan pulang duluan kepada teman-temannya, termasuk kepada Dodo.
“ Aku pulang dulu ya “, kata Jason.
“ Assalamu’alaikum “, lanjutnya.
“ Wa’alaikum salam “, kata Dodo.
Jason mengayuh sepedanya dengan santai. Menjauh dari tempat bermain Dodo.
“ Hati-hati, Son ”, teriak salah seorang diantara teman-teman Dodo.
Jason hanya mengangguk sambil tersenyum, iapun melanjutkan perjalanannya.
* * *
Tampak sebuah rumah gelap gulita dipinggir jalan. Padahal hari sudah mulai gelap, namun dirumah itu, satu lampupun belum ada yang menyala.
“ Mungkin Ayah dan Ibu belum pulang “, kata Jason sambil mendekati rumahnya.
Dibawanya sepeda Jason kearah garasi. Disitulah biasanya sepeda itu tidur. Jason melangkahkan kakinya kepintu depan. Dilihatnya sekeliling rumahnya yang luas,
namun agak gelap. Ya, itu memang karena lampu-lampu dirumah Jason belum menyala.
Langkah kaki Jason berhenti didepan pintu. Matanya bagai mata detektif mengamati kondisi rumahnya. Pintu ruang tamu terbuka sedikit, didalam ruangan itu gelap bagai tanpa ruangan. Hati Jason semakin ketakutan. Ia tidak berani masuk kedalam rumah. Pikirannya berimajinasi kalau dibelakang pintu itu ada seorang perampok yang siap menembaknya. Mungkin perampok itu telah menangkap Ayah, Ibu, dan adik-adiknya. Jason semakin gemetar.
* * *
Jason memberanikan diri membuka pintu ruang tamu. Pelan. Pelan sekali, hampir tak bersuara. Suasana ruang tamu begitu gelap dan sepi. Seperti tak berpenghuni. Jason berjalan masuk dengan sangat hati-hati, tak berniat menciptakan suara sekecil apapun.
“ BRAAK ! ! ! ! “.
Daun pintu berbunyi dengan keras, membuat Jason semakin ketakutan. Ia tidak dapat mengatur nafasnya. Jason berjalan menghampiri pintu masuk. Sebenarnya ia ingin berlari, namun tidak bisa. Langkah kakinya begitu berat untuk berjalan. Ia hanya pasrah.
“ KLIK “
Tiba-tiba lampu tuang tamu menyala. Suasana begitu menyilaukan bagi Jason. Namun akhirnya Jason dapat menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya. Jason memperhatikan sekelilingnya. Ruang tamu begitu megah dengan pita dan balon warna-warni menghiasi ruangan. Tampak ayah, Ibu, Adik-adiknya, serta teman-teman dekat Jason berdiri tersenyum kepada Jason.
“ Selamat Ulang Tahun Jason “, kata ibu Jason sambil mendekati Jason. Dipeluknya Jason yang masih terbengong. Suasana berubah. Tepuk tangan dan nyanyian “ Selamat Ulang Tahun “ mengiringi langkah Jason. Jason berjalan menghampiri Ayah dan teman-temannya. Sebuah kue Tart berdiri tegak diatas meja. Sungguh enak rasanya.
Jason meniup lilin berbentuk angka 11, kemudian memeluk kedua orang tuanya. Kemudian berjabat tangan dengan adik-adiknya serta teman-temannya. Merekapun bersenang-senang. Sungguh kejutan terindah bagi Jason. Ia tak menyangka bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia tak menyangka bahwa semua ini akan terjadi. Ternyata hari ini bukan hari yang aneh. Namun hari yang menyenangkan bagi Jason.


